Bank Mandiri Catat Pertumbuhan Impresif di 2024, Bukti Keunggulan Strategi Digital dan Ekspansi Kredit

February 17, 2025 By admin

Bank Mandiri terus mengukuhkan posisinya sebagai bank terbesar di Indonesia dengan mencatatkan pertumbuhan aset yang solid sepanjang 2024. Berkat optimalisasi ekosistem wholesale, ekspansi kredit yang merata, serta transformasi digital yang agresif namun prudent, total aset konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp 2.427 triliun, tumbuh 11,6% YoY. Capaian ini memperkuat posisi Bank Mandiri dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.

Pertumbuhan Kredit Sebagai Motor Utama Ekspansi

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit menjadi pendorong utama ekspansi bisnis Bank Mandiri pada 2024. Penyaluran kredit bank ini mencapai Rp 1.670,5 triliun, melonjak 19,5% YoY, jauh melampaui rata-rata industri perbankan nasional. Segmen wholesale tetap menjadi pilar utama dengan kenaikan 25,5% YoY hingga menyentuh Rp 913,3 triliun.

“Kami terus mengoptimalkan potensi di sektor wholesale agar dapat menjangkau lebih banyak sektor ekonomi yang membutuhkan akses permodalan. Ekosistem ini tidak hanya memberikan peluang pertumbuhan bagi bisnis tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi secara lebih luas,” ujar Darmawan.

Tidak hanya fokus pada wholesale, Bank Mandiri juga berkomitmen terhadap pertumbuhan UMKM dengan menyalurkan kredit sebesar Rp 135 triliun, tumbuh 6% YoY. Strategi ekspansi ini memastikan pertumbuhan kredit yang merata di seluruh Indonesia, menciptakan dampak ekonomi yang inklusif, serta memperkuat daya tahan perekonomian nasional.

Inovasi Digital yang Mengukuhkan Posisi Bank Mandiri

Transformasi digital menjadi salah satu faktor utama keberhasilan Bank Mandiri dalam meningkatkan layanan dan pertumbuhan bisnis. Super app Livin’ by Mandiri mencatat peningkatan pengguna hingga 29,3 juta dengan total transaksi mencapai 3,9 miliar, naik 38% YoY pada akhir 2024.

Sementara di segmen bisnis dan korporasi, platform Kopra by Mandiri menjadi tulang punggung utama layanan perbankan wholesale dengan nilai transaksi mencapai Rp 22.700 triliun, tumbuh 17% YoY. “Kami terus mendorong inovasi digital agar dapat memberikan layanan perbankan yang lebih efisien, cepat, dan sesuai dengan kebutuhan nasabah,” jelas Darmawan.

Mandiri Investment Forum (MIF) 2025: Mendorong Pertumbuhan Investasi Masa Depan

Berdasarkan unggahan pada Instagram @Xandra_Askandar, Bank Mandiri kembali menghadirkan Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, forum investasi terbesar di Indonesia yang telah memasuki tahun ke-14. Dengan tema “Nourishing Future Growth”, MIF 2025 menyoroti strategi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global dan peluang investasi yang semakin berkembang.

Bersama Mandiri Sekuritas dan didukung oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi (BKPM), forum ini mempertemukan lebih dari 22.000 peserta, termasuk 700+ investor asing, serta menghadirkan diskusi strategis bersama pembuat kebijakan, pakar global, dan pelaku industri. Bank Mandiri terus berkomitmen mendukung investasi di sektor-sektor strategis, mulai dari pertanian, energi, telekomunikasi, hingga industri makanan dan minuman, serta mendorong inovasi digital melalui Livin’ dan Kopra by Mandiri.

Fundamental Keuangan yang Kuat dan Rasio Kredit Sehat

Selain ekspansi bisnis dan inovasi digital, Bank Mandiri tetap menjaga fundamental keuangan yang kuat. Rasio Non-Performing Loan (NPL) turun 5 basis poin menjadi 0,97%, menunjukkan kualitas aset yang tetap terjaga. Rasio pencadangan atau coverage ratio juga optimal di level 304%, menandakan kesiapan bank dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,73% YoY menjadi Rp 1.699 triliun, dengan dominasi dana murah (CASA) yang kini mencapai 80,3% dari total DPK. Keberhasilan ini dipicu oleh pertumbuhan tabungan sebesar 13,4% YoY menjadi Rp 665 triliun, serta giro yang naik 3,6% YoY menjadi Rp 606 triliun. Strategi digitalisasi yang berfokus pada kemudahan transaksi dan efisiensi biaya menjadi kunci utama peningkatan ini.

Laba Bersih dan Diversifikasi Sumber Pendapatan

Bank Mandiri mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 55,8 triliun pada 2024. Diversifikasi sumber pendapatan menjadi salah satu strategi utama yang mendorong pencapaian ini. Pendapatan berbasis komisi (fee-based income) meningkat 4,12% YoY, mencapai Rp 42,32 triliun, didorong oleh peningkatan transaksi digital, layanan treasury, serta jasa pengelolaan dana dan investasi.

Dukungan terhadap Keberlanjutan dan Ekonomi Hijau

Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, Bank Mandiri semakin agresif dalam mengalokasikan pembiayaan ke sektor ramah lingkungan. Portofolio hijau bank ini mencapai Rp 149 triliun, tumbuh 15,2% YoY, dengan fokus utama pada sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) yang mencapai Rp 11,8 triliun, meningkat 21% YoY.

“Ke depan, kami akan terus memperkuat peran Bank Mandiri dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui inovasi dan kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai pihak. Kami optimis strategi jangka panjang yang telah kami terapkan akan memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional secara keseluruhan,” jelas Darmawan.

Optimisme Menuju 2025

Dengan fundamental yang kuat, inovasi digital yang agresif, serta strategi ekspansi yang fokus pada sektor strategis, Bank Mandiri optimistis dapat mempertahankan momentum pertumbuhan pada 2025. “Kami terus mengembangkan solusi layanan yang lebih inovatif dan memberikan nilai tambah kepada nasabah, untuk memastikan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan secara jangka panjang,” pungkas Darmawan.

Bank Mandiri terus membuktikan diri sebagai pemimpin industri perbankan nasional dengan kinerja cemerlang pada 2024. Dengan strategi ekspansi kredit yang merata, transformasi digital yang semakin matang, serta fundamental keuangan yang kuat, bank ini semakin kokoh dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan. Optimisme yang tinggi untuk 2025 didukung oleh inovasi layanan dan komitmen terhadap keberlanjutan, menjadikan Bank Mandiri sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.